Pandangan Umum Tentang Kanjeng Ratu Kidul

Secara pandangan umum, mereka berdua bagian dari kemusyrikan agama. Bahkan tak sedikit yang mengatakan, mereka ini salah satu ratu yang menyediakan pesugihan. Namun bila anda paham tentang KETAUHIDAN dan keluasan ilmu Allah, mereka adalah bagian Abdul Jumud setingkat Waliyulloh. Inilah kisah selengkapnya. Ibu Ratu Kidul, atau ratu penguasa laut Selatan, mempunyai beragam versi, seperti halnya pandangan luar Jawa, yang mengatakan : ” bumi Jawa adalah tanah raja” namun sewaktu ditanya, raja siapa saja yang ada di tanah Jawa, mereka tidak bisa menjawab. Pandangan ini sama halnya dengan ibu Ratu Kidul. Dalam Hakikat yang ada. Ibu Ratu Kidul yang ada melegendaris di seluruh dunia : 1.Ratu Bilqist (Istri Nabi Sulaiman AS) beliau adalah ratu dari semua ratu bangsa Ahlus Simar,turun di zaman Ketauhidan. 2.Ratu Kidul Hizib Azrak. Beliau menguasai Laut Selatan bagian Bagdad dan sekitarnya, beliau juga bagian dari tangan Ratu Bilqist. 3.Ratu Naga Biru Lapis tiga, beliau salah satu ratu dedemit sebelum Walisongo, dan pernah menduduki sebagai penguasa Laut Selatan. Ratu Naga biru salah satu dari guru semua Ratu Pantai Selatan yang ada di pulau Jawa. 4.Nawang Sari. Beliau berdua putri dari Prabu Siliwang, dari Ratu Palaga Iggris (bangsa Ahmar Seleman) yang pada akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa Laut Selatan, bagian Jawa Barat dan Cilacap 5.Dewi Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub, menguasai bagian laut Selatan Jawa Tengah dan Solo. 6.Siti Fathimah Demak Bintoro, beliau salah satu putri Prabu Siliwangi dari keluarga Demak Bintoro, yang akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa laut Selatan bagian Yogyakarta. 7.Dewi Kencono Wungu, istri dari Joko Tingkir, penguasa laut Selatan bagian Wonosobo dan Magelang. 8.Dewi Andini, Putra dari Ibu Ratu Kidul Nawang Wulan bin Prabu Siliwangi, yang menguasai bagian Tasik dan sekitarnya. 9.Nyi Blorong,putri Prabu Siliwangi, dari ratu Seleman, yang menguasai bagian Cilacap dan pulau Penyu (nusa kambangan) 10.Ratu Sejagat Alam dan putrinya, menguasai dari 7 generasi dan paling lama menduduki ratu pantai Selatan, terhitung dari zaman Togog, Adli, Seleman, Lelembut dan baru ngahyang pada zaman Wali Songo. Sedangkan Dewi Lanjar atau Siti Hj.Khodijah binti pangeran Demak Raja Pulasaren, beliau adalah ratu tunggal yang menguasai laut Utara. Dewi lanjar ini pernah menjadi istri dari Mbah Kuwu Cakra Buana, Cirebon, yang menempati pulau Selamaran Pekalongan. Dari semua Ibu Ratu diatas, kita hanya paham satu ibu Ratu kidul, yaitu, era WaliSongo, Dewi Nawang Wulan dan Nyi Blorong. Nah, sekedar ulasan kecil, kami akan ceritakan kronologi perjalanan Ibu Dewi nawang Wulan dan Dewi Lanjar, di era yang sama. Dalam nasab atau sifat keturunan, Allah telah menjadikan dua arah yang saling bersebrangan tapi satu ikatan, yaitu dari Anwas dan Anfus,dari keduanya melahirkan dua jalur yang berbeda : Turun ke para Nabi – Turun ke Sanghyang. Dari nasab Nabi menghadirkan keturunan para Waliyulloh dan dari nasab Sanghyang,menurunkan Para Ahlul Bathin atau kesaktian.Dari perjalanan Ahlul Bathin, Allah menempatkan keturunan Sanghyang ini ke sifat penjaga alam atau disebut Abdul Jumud (bangsa lelembut) Sedangkan dari nasab sampai ke Nabi Allah menciptakan sifat kholifah atau pemimpin umat. Secara ilmu Tauhid,seluruh Bangsa Abdul Jumud,diciptakan sebagai pendamping kekuatan Walisongo,sebab mereka tercipta sebagai hamba Abdul Jumud, dan hanya tunduk terhadap Bangsa Athob. Adapun Abdul jumud disini, terbagi menjadi 2 kelompok, 1. Kelompok Abyad (putih) 2. Kelompok Aswad (hitam) Sama seperti manusia, Baik (lembut) anarkis (jahat) Kisah Ibu Ratu Dewi Nawang Wulan, dalam hidupnya beliau pernah di nikahi oleh beberapa Waliyulloh, diantaranya : Syeikh Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, Ki.Gede Plered, Arya Panangsang, Raja Samudra, pangeran Bulakamba, Arya Bengah dan yang terakhir kanjeng Sunan Kali Jaga. Adapun Dewi lanjar,pernah dinikah oleh Raja Mataram, Kiyai Tubagus Ampel, pangeran Samudra, Arya sabakingking dan terakhir Mbah Kuwu Cakra Buanakedua penguasa laut ini masih golongan sanghyang atau abdul jumud (lelembut) lalu bagaimana dengan pandangan orang umum dalam menyikapi mereka yang konon sebagi lambang pesugihan ????? Dalam ilmu tauhid dijelaskan : Bahwa Allah SWT, akan membagi rejekinya di tiga golongan : Para nabi seturunannya/ Manusia.Bangsa Jin dan Lelembut. Dari perjalanan rejeki ini yang diberikan oelh Allah, hanya para lelembutlah yang mampu mengendalikan keuangan. Sebab mereka tercipta sebagi hamba yang selalu memakai aturan. Sedangkan bangsa Nabi, Wali atau Manusia serta bangsa Jin, semuanya lebih memasrahkan hartanya demi agama (perjalanan secara hukum agama) Jadi masuk akal secara pandangan Hukum, bila para abdul jumud, lebih memperkaya dalam hal materi dari pada sifat manusia atau jin, sehingga dengan sifat anarkis dan nafsu sahwatnya para mansuia dan jin, mereka yang kurang iman, memohon kepada para abdul jumud.Nah…disini proses terjadinya PESUGIHAN.manusia dan jin, memaksa kehendak, seperti secara lahiriyyah, mereka masuk dalam sifat RENTENIR semakin kita masuk semakin hidup kita hancur. Adapun bangsa Abdul Jumud, tinggal menerima segala apa yang dijanjikan manusia bejat dan tak bermoral. Sudah jelas bahwa Allah SWT, telah membagi rejekinya dengan cara kasbi, tapi ada saja manusia dan jin memakai caranya sediri dengan wasilah bangsa lainnya. Maka secara hukum SAH para abdul jumud menunutut kita. Inilah susunan Alam, menurut kitab : Bumi, tercipta bagi manusia dan jin, juga lelembut dan ahmar serta bangsa Abdul jumud lainnya. Bumi tercipta 7 lapis astral / hijab dan mempunyai 70 alam yang berbeda sampai ke tingkat alam Kubur. Dan dalam beribadah, hanya manusia, jin, serta bangsa Malaikat yang ibadahnya sama (mengikuti Al-Hadi/Rosululloh SAW) Adapun alam kedua paling atas, disebut bangsa Togog/Siluman Seleman, yang dipimpin oleh Ratu Sejagat atau zaman ini di sebut sebagai era kegelapan. Alam atas ke Tiga disebut Adlun atau Masa akhir, dihuni oleh Naga, dan dipimpin oleh Raja Naga Biru. Alam ini akan menyatu bersama kita / manusia di hari akhir (akan kiamat) Sebab sudah diFirmankan oleh Allah SWT : “Semua mahkluk Qun / naga besar, akan bermunculan seiring zaman akhir mulai terbuka. Alam ke Empat disebut Azrak. alam ini dikepalai oleh istri Nabi Sulaiman AS, yaitu Ratu Bilqist. Alam ke lima disebut Syayatin atau setan, alam ini disebut alam penghancur jin dan manusia. Adapun alam seterusnya di huni oleh bangsa Wali yang sudah wafat maupun belum yaitu, Alam Barry dan alam Thuroby. Alam di atasnya lagi di huni para nabi dan malaikat serta seterusnya”. Jadi salah besar jika kita berfikir bahwa apapun bangsa halus itu disebut bangsa Jin, sebab masih banyak alam lain yang kita tidak paham. Seperti ucapannya Imam Ibnu Salam : ” Sesungguhnya alam yang ada diseluruh alam jagat ini mempunyai 600 alam yang berbeda dan semua terpenghuni dengan mahkluknya dengan sifat berbeda pula. Namun alam yang paling mulia dihadapan Allah, adalah alam manusia/dunia.Sebab alam dunia tempatnya derajat dan alam mulia pula terlahir adanya para Nabi dan Rosululloh SAW “. Di era 1400M, ditengah berkecamuknya dua aliran berbeda pandangan, antara, Islam dan ajaran Hindustani, kala itu Galuh Pajajaran, yang di kepalai oleh raja Sakti Mandraguna, Prabu Siliwangi, tidak mau di islamkan oleh Kanjeng Syeikh Syarif Hidayatulloh (kakek dan cucu) sehingga menimbulkan perang saudara diantara kedua belah pihak. Dalam hal ini Pangeran Arya Kemuning, Dewi Nyimas Gandasari dan Nyimas Roro Kencono Wungu, ditugaskan untuk mengalahkan kesaktian Prabu Siliwangi, namun sang Prabu, bukan hanya sakti, beliau juga seorang linuwih dalam hal strategi perang, sehingga kala itu pasukan Cirebon, dengan mudahnya di kalahkan. Dengan kalahnya pasukan Cirebon, Kanjeng Sunan KaliJaga, akhirnya di utus untuk menghadapi kesaktian yang dimiliki oleh Prabu Siliwangi, namun lagi-lagi utusan Cirebon, tidak bisa mengalahkannya. Dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, Kanjeng Sunan Gunung Jati, mengutus kembali Rayi KaliJaga, untuk meminjam satu pusaka pilih tanding kepada Ratu Kidul Dewi Nawang Wulan, berupa Tombak Karera Reksa. Berangkatlah Sang KaliJaga dan sesampainnnya di dasar laut pantai Selatan, beliau di tolak mentah-mentah oleh Ibu Ratu Kidul, dengan alasan tidak membawa bukti atau surat utusan dari Kanjeng Sunan Gunung Jati. . Disinilah kejelian Ratu Kidul, padahal beliau sudah sejak lama menaruh hati kepada Kanjeng Sunan KaliJaga: “Wahai kisanak…..pulanglah kecuali kau mempertemukan aku dengan raja Panatagama” sebutan buat raja Cirebon. Karena merasa tidak mendapatkan hasil, maka Kanjeng Sunan KaliJaga, terpaksa membawa Kanjeng Ratu Kidul, untuk menghadap kanjeng Sunan Gunung Jati, sesampainya tiba di kota Cirebon, Kanjeng Sunan Gunung Jati, menyambutnya dengan tersenyum simpul. Melihat kanjeng Sunan Gunung Jati, tersenyum……..Ibu Ratu Kidul, langsung wajahnya memerah, beliau sangat malu dan takut karena Sang Sunan bisa membaca pikirannya. Sesampainya di dalam Kaputren, Sunan Gunung Jati, langsung memanggil Kanjeng Ratu Kidul atau Dewi Nawang Wulan, putri Prabu Siliwangi, dari istri ke dua, Ratu Palaga Inggris. “Wahai putri Prabu Siliwangi, hanya dikau yang mampu mengalahkan kesaktian ayahandamu, pinjamkanlah KaliJaga, pusakamu yang bernama, Tombak Karera Reksa” terang Kanjeng Sunan Gunung Jati. “Ampun Gusti Susuhunan Panatagama, saya hanya memberikan pusaka itu kepada suamiku kelak” kata Ibu ratu Kidul. Dengan tertawa kecil, Sunan Gunung Jati, langsung berujar kepada Kanjeng Sunan KaliJga: “Wahai Rayi KaliJaga, sesungguhnya tiada yang lebih mulia kecuali berpegang pada keagungan Syiar Islam, nikahlah dengannya (Ratu Kidul) atas nama Islam dan bukan karena nafsu” Dengan ketulusan hati kanjeng Sunan KaliJaga, beliau menerima dengan kepatuhan seorang murid atas perintah gurunya. Namun,,,,,,,bagi Ibu Ratu Kidul, yang suka mempermainkan idamannya, beliau tidak langsung menerima kesetian Kanjeng Sunan KaliJaga, walau dalam hatinya saat itu penuh dengan bunga cinta, beliau mencoba kekasihnya terlebih dahulu. “Ampun Gusti Panatagama, bagi para penghuni dasar laut Selatan, sangat pantang menerima seorang suami tanpa adanya suatu ikatan bathin, saya hanya ingin calon suamiku memberikan satu kenangan di hari pernikahannya nanti, berupa tasbih Kecubung/wulung, yang berasal dari laut Merah”.. Setelah keinginan Ratu Kidul, terucap, yang ditujukkan buat Kanjeng Sunan KaliJaga, Sunan Gunung Jati, langsung mengutus Kanjeng Sunan KaliJaga, untuk mencari apa yang menjadi keinginan dari Kanjeng Ratu Kidul. Lalu sang Sunan, minta undur diri untuk melaksanakan tugasnya, beliau langsung pergi ke gunung Ciremai, menjalankan tafakkur dan minta perlindungan kepada Allah SWT. Di malam ke 4, Kanjeng Sunan, kedapatan isyaroh, yang mengatakan akan datang seseorang yang membimbing untuk menemukan dimana “Tasbih Wulung/kecubung berada”. Atas ijin Allah, siang harinya tiga sosok manusia yang berasal dari bangsa lelembut bernama, Sanghiyanng Sontong, Sang Ratu Sanggah Wisesa dan Sih Walikat, datang menghampirinya. Ketiganya langsung mengutarakan niat baik mereka untuk membantu sang Sunan, dalam pencarian tasbih wulung/kecubung. Maka diajaknya sang Sunan dengan ilmu aji Sakta Gelap Gulita (ilmu menghilang bangsa lelembut) Sesampainya di pinggir laut Merah, ke empat oranng yang barusan datang tadi langsung disambut oleh Pangeran Sulaiman Gaib (pendamping Ratu Bilqis, dari bangsa Sulaiman) Dengan kemurahan hati sang Pangeran, semua diajaknya masuk ke dalam kerathon Bagaskara (bawah laut bagian utara Iraq) dan atas ijin sang Ratu Agung Bilqis, diberikanlah Kanjeng Sunan kaliJaga, satu buah Nur Sulaiman AS, berwujud peti ukir, dari alam Azrak yang di dalamnya terdapat Tasbih Wulung/ kecubung, berbahan batu kecubung giok. Manfaatnya sebagai sarana pembuka aura paling cepat, ketenangan, kharisma, wibawa, penakluk dan mahabbah paling topcer yang banyak disukai kalayak umum maupun pribadi. Dengan keberhasilan ini akhirnya Kanjeng Sunan KaliJaga, pamit pulang dan langsung menemui gurunya Kanjeng Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati. Dengan rasa suka cita Kanjeng Sunan Gunung Jati, langsung memerintahkan Rayi KaliJaga, untuk secepatnya menemui Ratu Kidul Nawang Wulan, sehingga dengan pertalian mereka berdua akan lebih mudah untuk menaklukkan raja Munding Wangi, bergelar Prabu Siliwangi Galuh. Dengan di iringi 40 orang dari Kaputren PakungWati, rombongan Kanjeng Sunan KaliJaga, mulai berangkat menuju laut Selatan, ternyata perjalanan mereka sudah lebih dulu diketahui oleh Kanjeng Ibu Ratu Kidul, yang dengan riangnya mempersiapkan segala hiasan dan pernak pernik untuk menyambut kedatangan kekasihnya. Setelah kedua kekasih resmi menjadi sepasang suami istri, maka diserahkannya pusaka penakuk Karera Reksa, yang selama ini menjadi bagian dari pusaka wahid kerathon bangsa dasar laut. Dan setelah semuanya usai, sang Sunan, langsung ijin pamit untuk menunaikan tugas mulia, mengalahkan Prabu Siliwangi. Pusaka karera Reksa, langsung diserahkan kepada gurunya Kanjeng Sunan Gunung Jati, lalu pusaka itu oleh sang guru ditambahi satu tombak diatasnya (ditancapkan satu tombak) sehingga pusaka Karera Reksa yang tadinya mempunyai 7 cabang dan satu Jalu runcing disamping, menjadi 9 cabang dan oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati, tombak Karera Reksa, diberi nama baru dengan sebutan Pusaka Agung Buana Tombak Nirwana Cakra Langit. Dengan pusaka Cakra Langit, akhirnya Prabu Siliwangi, bisa dikalahkannya melalui perang tanding selama 7 malam berturut-turut dan tombak Cakra Langit, sendiri akhirnya dimusiumkan kembali di kerathon dasar laut Pantai Selatan. Kisah tasbih Kecubung Wulung, sampai sekarang masih menjadi cerita rakyat yang banyak diminati oleh seluruh kalangan lapisan atas maupun bawah, namun sayang, bahan kecubung Wulung hanya ada di daerah Flores, Nusa Tengara Barat. Dan seiring anak Jam-ij, menemukan bahannya, fainsya Allah, dikemudian hari tasbih ini akan munncul sebagai suatu wasilah paling digemari oleh seluruh muda mudi dann orang tua.

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. arcshope - All Rights Reserved
Template by Creating Website | Re-designed by : Template Toko Online